Seringkali, orangtua melarang anaknya berinteraksi dengan hewan dengan berbagai alasan, mulai dari kesehatan hingga kebersihan.
Padahal, interaksi dengan hewan ternyata membawa sejumlah manfaat. Selain melatih rasa empati sejak dini, kegiatan tersebut juga diyakini mampu membangun kecerdasan anak, terutama emosi dan sosial.
“Sayang binatang bisa menumbuhkan sense of humanity (rasa kemanusiaan) karena anak bisa belajar berempati kepada sesama. Dengan empati kepada binatang, anak selanjutnya juga diharapkan bisa berempati kepada orang lain,” kata psikolog dari Universitas Indonesia Ratih Andjayani Ibrahim dalam acara “Learn & Explore Nestle Dancow” di Jakarta, belum lama ini.
Selain mengajarkan empati, lanjut dia, interaksi dengan binatang peliharaan juga membantu anak mengembangkan keterampilan emosi dan sosialnya. Ia juga berpesan agar orang tua tidak terlalu mengkhawatirkan risiko penularan penyakit dari binatang peliharaan.
“Kalau semua dirawat, dilatih, dan diasuh dengan baik, binatang itu bisa menjadi sahabat yang asyik untuk si anak, sekaligus bisa membantu jaga rumah,” katanya.
Namun, dia juga mengingatkan bahwa semua itu harus dalam pengawasan orang tua. Anak bisa dilatih memberi makan ikan, anjing, kucing, marmut, atau binatang tidak berbahaya lainnya, sehingga insting merawat (sense of nurturing animal) dan memberlakukan binatang dengan baik sudah diajarkan sejak kecil.
Sementara itu, dr Soedjatmiko Sp.A(K) mengungkapkan, anak bisa dikenalkan kepada binatang secara bertahap sesuai perkembangannya.
“Dimulai dari kemampuan anak, saat bisa melihat dan mendengar suara, kita bisa tunjukkan hewannya. Atau kalau sudah bisa menyentuh, dia bisa menyentuh bulunya (hewan),” katanya.
Ia memastikan, anak bisa dikenalkan kepada binatang pada usia berapa pun, asal dengan bimbingan orang tua.
“Juga, kalau hewan bersih dan terawat, tidak usah khawatir risiko penyakit dari kutu, tinja, atau virus rabies. Pastikan, kandang bersih dan dirawat dengan baik,” pesannya.
Sumber: Investor Daily
